Welcome

SaHaBat Semua.. SELAMAT DATANG di Blog "REALITA's: Melirik FakTa Berbagi CeriTA" >> TeRiMa KaSiH Atas KunJunGannya...dan Beri comment, SeMoGa Bermanfaat....!

Selasa, 06 Maret 2012

Politik & Dendam



Dalam kehidupan banyak kita temui orang berperilaku,  mengatasi, memaknai dan menyelesaikan suatu masalah. Ada yang santun, cara kekeluargaan dan damai. Ada yg marah-marah, menyelahkan lawan, ada yg asal tonjok atau hantam kromo  orang lain, dll. Sesungguhnya bagaimana kita mengelola dan mengatasi masalah; baik di realitas sosial, dalam rumah tangga atau di tempat bekerja. Terhadap masalah manajemen ini, tentu setiap orang pernah merasakan dan sekaligus mempraktekkannya. Hanya saja kadang manusia tidak menyadari apa yg dilakukannnya.

Dalam realitas kita juga temui banyak orang ingin menjadi number one, ingin dipuji atau ingin selalu di elu-elukan. Lihatlah ketika seseorang ketika mendekati orang lain, ketika perlu dg
orang lain, semua jurus mabuknya di keluarkan dalam wacana bagaimana sapaan, rayuan dan ajakan --sangat santun kan. Tapi lihatlah ketika seseorang telah sampai tujuannya; apakah saat sesorang ingin menjadikan orang lain menjadi temannya, saat ketika orang meminang calon pasangan, atau sewaktu orang ingin mencalonkan diri menjadi kepala desa, camat, atau ini dan itu.

Namun lihatlah ketika orang sudah 'menjadi' atau mencapai keinginannya -apa yg terjadi? Yah jawabannya semua bisa terjadi; yg dulu sang "teman" atau "orang" yg mengajak kita memilihnya -walau secara halus tanpa berani spontanitas--dia menjauh, suka marah-marah atau kelihatan jiwa dan perangai aselinya. Lihatlah ketik dia menduduki ambisinya, semuanya dikutak katik dan dibikin amburadul. Mungkin inilah yg dinamakan dg istilah "politik balas dendam". Politik balas dendam itu adalah politik devide et impera yang dulu dipraktekkan oleh imperialis Belanda, sangat berbahaya jika ini digunakan oleh seorang pimpinan yg dipilih secara irrasional. Implikasinya, setiap pemilih akan merasakan dampaknya. Gejala  "kesakitan" itu secara umum akan menjadikan pemilihnya menjadi "menyesal" telah salah pilih. Namun apa dikata, sipemilih tidak jeli dalam menilai calonnya ketika sebelum memilih dulu. Benar kata pepatah lama, sesal dahulu pendapatan dan menyesal kemudian tidak ada gunanya.
Dalam realitas sangat sedikit orang yg ingin menjadikan dirinya sendiri, yg banyak adalah ikut-ikutan orang lain. Hal ini karena digerakkan oleh janji-janji sesuatu atau memilih cara instan saja. Entah mengapa dalam realitas ini banyak orang suka yg tidak rasional ketika memilih seseorang menjadi pimpinan; baik di dunia kerja, dunia sosial atau dunia pribadinya.