Topik
ini sebetulnya bukan hal baru dalam realitas umat manusia. Cinta memiliki
sejarah yang panjang. Cinta dan ballada kasih sudah menjadi lakonan dan perbincangan
harian disetiap bangsa dan lapisan masyarakat. Lakon dan diskusi mengenai cinta
juga sudah mengisi setiap pojok, sudut, ruang dan waktu dimana anak manusia
hidup.
Tema
tentang cinta dan ballada kasih juga sudah menjadi materi hangat dikalangan
para penyair, pujangga, seniman atau sastrawan. Beragam tulisan dalam dialog
dan monolog puisi, prosa, cerpen atau cerbung selalu dibumbui dengan fenomena dan
ballada cinta. Demikian pula dalam
monograf, cerita atau sekenario film, serial
drama, opera atau sinetron juga tidak terlepas dengan isu cinta dan ballada
kasih.
Sungguh
topik mengenai cinta dan ballada kasih menjadi isu yang laris manis dijual
dipasaran.
Atas
fenomena ini, menarik minat para ahli psikologi melakukan penelitian secara
ilmiah untuk mempelajari gejala ini secara lebih sistematis. Para ahli
merancang berbagai skala cinta dan rasa suka untuk mengetahui pikiran, perasaan
dan perilaku suka atau ketertarikan seseorang terhadap lawan jenis.
Dengan
cara seperti itu, para ahli akan bisa menyimpulkan definisi cinta. Bila seseorang
mengatakan, “Aku suka kamu” atau “Aku cinta kamu”, maka dapat ditafsirkan
maksud yang terkandung dibalik pernyataan itu adalah beragam arti. Analogi
konteks ini, bahwa cinta itu ‘sulit’ diberi definisi yang baku akibat sasaran tembak yang dikehendaki oleh orang yang terlibat dalam cinta beragam warna.
Dari
hasil kajian mengenai cinta itu, para ahli menyimpulkan enam (6) bentuk cinta;
(1) cinta romantis, yaitu cinta yang ditandai oleh pengalaman-pengalaman
emosional, seperti pandangan pertama. (2) cinta memiliki, juga berkaitan
dengan tensi emosional yang kuat, hingga melahirkan rasa cemburu karena sangat
terobsesi dengan orang yang dicintainya.
Perpaduan
kedua bentuk cinta ini akan melahirkan cinta birahi. (3) cinta kawan
baik yaitu cinta yang diikat oleh rasa keakraban dan kohesivitas yang
tumbuh perlahan-lahan akibat pertemanan yang baik. (4) cinta pragmatis,
suatu rasa cinta yang menungtut adanya pasangan yang serasi dan hubungan
berjalan baik sesuai realitas. Orang yang terlibat dalam cinta ini sangat logis
dan banyak pertimbangan terhadap pasangannya.
Perpaduan
kedua jenis cinta ini akan menelorkan cinta persahabatan. (5) cinta
altruistik, yaitu cinta yang didasari pada rasa simpati dan empaty hingga
berbagi dan memberikan sesuatu terhadap orang yang dimaknai harus dicintainya. Cinta
ini tidak menuntut pamrih. (6) cinta main-main atau sering disebut
dengan cinta monyet. Cinta dalam jenis ini hanya sekedar mengetes diri apakah
bisa memenangkan permainan perasaan orang yang dituju atau tidak.
Menganalisis
jenis atau bentuk cinta yang sering dipraktikkan orang dalam realitas hidup
ini, sebetulnya pengertiian cintai itu adalah sesuatu yang menyenangkan bagi
seseorang akan sesuatu, yang dalam hal ini lawan jenis. Meskipun tidak ada
definisi cinta yang baku, namun para ahli memahami kata cinta itu sebagai suatu
sikap seseorang terhadap orang lain, benda atau sesuatu objek yang menunjuk
pada suka atau tidak suka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar