Sungguh fenomena yang tampil dalam realitas dapat dengan jelas disaksikan beragam perilaku; ketaatan dan kemungkaran sudah berbaur dalam diri manusia. Bahkan perbuatan tersebut dijadikan menu harian dalam hidupnya.
Tidak
sedikit manusia melakukan shalat, puasa, membayar zakat dan berhaji. Namun
mereka juga suka menyombongkan diri, ujub dan riya’. Mereka juga senang melakukan
gosip, hasut, hujat dan fitnah terhadap tetangga dan kaum muslimin pada
umumnya.
Ketika hati manusia terbesit untuk melakukan suatu ketaatan (perintah)
Allah, malaikat selalu mendukungnya. Begitu pula akal manusia sesuai dengan
tingkat intelektualnya, sesegera mungkin memberi support untuk melakukan
perintah Allah (ketaatan) tersebut.
Namun ketika setan menemukan hati yang bertekad melakukan perintah
Allah, maka setan mulai menebarkan rasa was-was (bisikan) kedalam nafsu
manusia. Setan membuat kebingungan dan keragu-raguan dalam hati agar
meninggalkan perintah Allah. Setuiap perbuatan baik yang diredhai Allah diintervensi
oleh setan agar terlihat buruk oleh pikiran dan hati manusia.
Betapa banyak umat islam melakukan sholat, namun mereka juga dalam
interaksi suka pamer kebajikan sendiri. Demikian juga dalam berkomunikasi,
selalu membual yang seolah-olah dirinyalah yang paling tahu akan segala hal.
Sangatlah disayangkan cerminan perilaku orang-orang
yang demikian yang sesungguhnya tahu dan mengerti dengan ajaran yang dianutnya, akan tetapi pura-pura tidak tahu dengan hikmah dan manfaat
shalat. Kalau seandainya mereka tahu, mereka tidak akan melakukannya
(kemaksiatan) terselubung.
Firman Allah:”Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk
memahami (ayat-ayat Allah), mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah, mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itu adalah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’raaf:
179).
Bercermin pada ayat Allah ini, tentunya beragam kasus yang ditemui di relaitas terkait perilaku manusia muslim menyiratkan suatu fenomena analisis terhadap diri
sendiri dalam rangka muhasabah menuju ridha Allah. Hati menangis, jiwa berontak
dan ruh mengeluh dengan segala tindakan yang telah diperbuat, yang
ujung-ujungnya tidak bermuara pada jalan akhirat, namun lebih pada mengikuti ajakan nafsu untuk kepentingan duniawi.
Sesungguhnya hati telah dikotori oleh setan dengan berbagai cara
sehingga perbuatan baik dilaksanakan, perbuatan mungkarpun dikerjakan. Segala amal
perbuatan yang diakukannya tidak akan sampai pada Allah karena tidak mampu
menghadirkan hati dalam perbuatannya. Lagi pula apa yang dikerjakannya juga
tidak ikhlas karena Allah, hanya sekedar perbuatan agar dicap oleh lingkungan
sebagai orang Islam.
Semoga menjadi bahan analisis bagi diri kita sendiri atas segala perilaku dan sikap yang kita tampilkan dalam keseharian mengarungi kehidupan menuju kematian, sehingga hidup setelah kematian dapat membawa kebahagiaan yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar