Konsep diam memang unik dan ajaib, sekaligus banyak hikmah bagi yang menggunakannya. Namun perlu dikatahui bahwa, diam yang bagaimana yang mampu membuat si empunya memiliki makna dan kebajikan2. Diam yang memiliki nilai ibadah dan kebajikan adalah diam dari segala pembicaraan, perkataan dan perbincangan yang ngawur, tidak penting atau bercandaria/ sendagurau. Jadi kita jangan salah tafsir arti diam dan hikmahnya. Masak sih --dalam situasi dan kondisi negara atau daerah aman dan damai-- orang, anda dan kita semua akan diam terus menerus seprti patung.. jika di depan mata kita ada pencopet, perampok, pemerkosa atau penganiayaan... .pasti anda dan kita akan berteriak minta tolong. Di lain hal, juga ketika seseorang menjadi figur publik, sudah dipuncak kekuasaan dan segala hak absolut ada ditangannya....terus-terusan diam?.. sementara rakyatnya menderita, dia juga diam tidak ada arahan dan tindakan untuk kepentingan masyarakat. Jika ada orang seperti itu, namanya buan manusia akan tetapi patung atau mayat hidup...yang tidak memiliki kemampuan apa2 (bodoh).
Karenanya, sekedar pengetahuan bahwa diam yg dimaksudkan adalah diamnya seseroang beriman dari segala pembicaraan, perkataan atau pernyataan ngelantur, yang tidak berguna, tidak bermanfaat atau tidak ada nilai ibadah, yg jika didengar orang atau khalayak tidak bisa diambil pelajaran atau hikmah dan pengetahuan agama. Inilah yang perlu diinformasikan kepada kita semua agar tidak salah memaknai diam itu emas. Oleh karena itu, berkaitan dengan konteks diam, dalam tinjauan Islam, sebagian Ulama mengatakan:" didalam diam itu terdapat tujuh ribu kebajikan, yang terhimpun dalam tujuh kalimat:
- Ia adalah ibadat tanpa susah payah
- Perhiasan tanpa intan permata
- Kewibawaan tanpa kekuasaan
- Benteng tanpa pagar
- Tidak perlu meminta maaf karena bicara
- Memberi istirahat malaikat Kiraman Katibin
- Menutup aib yang dapat timbul karena banyak bicara
Sementara kebodohan adalah orang yang tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam bidang yang dibicarakan. Kebodohan yang dialami seseorang cukup bervariasi; tidak mengenai dirinya sendiri (keluarganya dan orang2 yang seiman dengannya), tidak mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya, tidak mampu mengenal dan membedakan perkataan baik dan buruk, tidak mampu mengenal lawan dan kawan, tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, tidak berani berhadapan dengan orang lain, tidak mau mendengarkan orang, tidak mau belajar, dan lain sebagainya.
Konteks Kebodohan itu lebih dekat kepada kekufuran. Karena dengan kebodohan orang akan terjerumus dalam lingkaran syetan, seperti korupsi, berbuat aniaya, berbuat maksiat, melakukan perampokan, pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya. Diantara ciri-ciri kebodohan yang dimaksud antara lain;
- Marah tanpa alasan yang tepat
- Berbicara tanpa manfaat,
- Memberi tidak pada tempatnya,
- Membukakan rahasia pribadi (keluarga) pada siapa saja
- Percaya kepada setiap orang,
- Tidak mengenal siapa kawan dan lawan
- Suka mengerjain orang lain (iseng kepada orang lain), dll.
Refleksi realitas ini menjadikan sebuah renuangan bagi kita semua bahwa, gejala diam yang salah kaprah dan keliru ada, bahkan diperankan oleh sebagian orang. Namun yang lebih kentara adalah orang dalam bicara banyak neglantur, sendagurau atau candaria ---yg dalam konteks ini berlawanan sama sekali. Di sisi lain, banyak orang juga berbicara tanpa ada "reeem" asal saja (asbun), tidak mengerti etika, tatakrama dan sopan santun dalam berbicara. Kondisi terakhir ini lebih cenderung kepada gejala orang bodoh, yang realitasnya suara gedek, isi kosong yang disertai dengan emosi marah yang tidak terelakkan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar