Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), termasuk teknologi
informatika, tidak ada yang dapat menghalanginya. Kemajuan dan perkembangan
teknologi infromasi, misalnya; dapat memberi pengetahuan dan konstribusi penting
bagi pembelajaran masyarakat –terutama para pelajar, mahasiswa, pendidik,
peneliti atau birokrasi, dsb. Kemajuan teknologi informasi bahkan bagi sebagian
orang dianggap sebagai kebutuhan masyarakat modern dalam rangka
peningkatan efisiensi dan kelancaran setiap aktiviti yang sedang dan akan
dilakonkan orang.
Kemajuan teknologi informasi –khususnya dunia maya alias internet bin cyber
yang menawarkan pelbagai “menu” sajian informasi, yang siap diakses, seperti; download,
search data, sofware, dokumen peristiwa, kamus atau wikipedia (dalam pelbagai
bahasa), e-book, e-jurnal, seni dan budaya, karya sastra, informasi terkini di
seluruh belahan dunia atau perkembangan iptek lainnya dalam pelbagai bidang
disiplin –termasuk sajian hiburan seperti; musik, film, opera atau video ‘hidup’
lainnya– yang sangat mengasyikkan
Sungguh tawaran atau suguhan menu internet dalam pelbagai aspek dan ranah
kehidupan sangat berpengaruh bagi manusia yang hidup di alam modern. Khususnya
bagi para anak-anak sekolah dasar, remaja awal dan akhir –usia sekolah menengah
pertama dan menengah atas yang baru mencoba online akan ketagihan mencobanya
lagi dan pada gilirannya kecanduan di dunia online. Akibatnya, tugas belajar di
usia sekolah, baik ilmu pengetahuan agama dan umum sudah terlupakan. Jika
fenomena ini tidak disikapi dengan baik dan sungguh-sungguh, tidak mustahil
akan lahir dan terciptanya generasi cyber di masa yang akan datang.
Dalam usia kelompok anak-anak dan remaja, setiap perilaku yang menyenangkan
adalah sudah menjadi ‘ciri khas’ dan ‘sifat’ kepriadian mereka, kerana kondisi
usia, fsik dan psikis mereka masih dalam tahap perkembangan demi perkembangan
menuju kematangan. Jika mereka belajar merambah internet sejak dini, maka akan terbentuk
traits kepribadian yang khas dalam dirinya. Sementara pemaknaan nilai
moral belum bisa dibedakan secara akurat akibat pengaruh kondisi pertumbuhan
fisik dan masa puberitas yang masih menguasai diri mereka.
Karenanya, di realitas sosial banyak ditemui kasus-kasus perilaku menyimpang
pada remaja; konsumen film porno di telpon seluler, jadi punker, genk
motor mabuk, pengguna narkoba, tawuran dan sebagainya. Terkadang jika dianalisis
secara mendalam, membuat rasa pilu, gelisah, cemas dan sekaligus menyiratkan kekhawatiran
kita semua kerana perilaku online anak-anak usia sekolah (SD, SMP dan SMA) sudah
tidak terkontrol lagi. Indikasinya akan meracuni dan membunuh karakter anak
secara bertahap menuju dekadensi moralitas.
Di sisi lain, orang tua juga tidak mengotrol proses pendidikan anak-anaknya secara sistematis dan akurat. Padahal tugas dan kewajiban keluarga adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua akan memberi hidup kepada anak, karenanya tugas mendidik adalah tugas yang teramat penting bagi mereka sebelum anak menjadi dewasa (Kartini Kartono, 2000).
Oleh kerana itu, kata pepatah lama, "sesal dahulu pendapatan, dan sesal kemudian tidak ada gunanya", sekiranya perlu mereview kembali konteks dunia internet oleh setiap keluarga, agar anak-anaknya dapat dibina dan dikontrol secara optimal sehingga tidak menjadi generasi cybercrime. Dalam analogi lain, janganlah menyesal dan kecewa ketika media cetak, elektronik atau media online memberitakan dampak dan bahaya buruk internet pada anak-anak dan remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar